Travel World Tour

Sabtu, 14 Januari 2023

TRADISI MEKOTEK DI MUNGGU BADUNG

 TRADISI MEKOTEK DI MUNGGU BADUNG


Tradisi Mekotek menjadi salah satu warisan budaya yang terjaga dengan baik sampai saat ini, dan menjadi hal menarik untuk dinikmati oleh para turis yang sedang liburan di pulau Dewata Bali.

Tradisi warisan Bali kuno ini dikenal juga dengan Gerebeg Mekotek, digelar setiap 6 bulan sekali dalam kalender Hindu atau setiap 210 hari sekali, tepatnya saat perayaan hari raya Kuningan atau 10 hari setelah Hari Raya Galungan.

Tradisi Mekotek ini hanya digelar di desa Munggu saja, tidak bisa anda temukan pada daerah lainnya. Lokasi desa Munggu Badung ini berdekatan dan mudah dijangkau dari pusat-pusat pariwisata Bali Selatan, seperti Canggu, Kuta, Nusa Dua, Jimbaran, bandara Ngurah Rai dan dekat juga dengan kota Denpasar.

Tradisi Mekotek Di Munggu Prosesi Tolak Bala
Tradisi Mekotek di desa Munggu – Badung ini digelar dengan tujuan atau sebagai prosesi tolak Bala, melindungi dari serangan penyakit dan memohon keselamatan. Warisan turun temurun dari leluhur warga desa Munggu khususnya umat Hindu.

Prosesi atau tradisi Mekotek ini selalu rutin dilakukan secara turun-temurun oleh generasi penerusnya atau warga setiap 210 hari sekali. Tradisi kuno dari jaman Bali tempo dulu ini cukup menarik bisa mendongkrak pariwisata Bali, sebagai atraksi wisata dengan budaya lokal yang unik dan menarik.


Memang banyak tradisi-tradisi unik di pulau Bali bertujuan untuk tolak bala, uniknya lagi tradisi Mekotek ini memakai sarana tongkat yang dipadukan menjadi satu dengan ujung yang mengkerucut menjadi formasi sebuah piramid, suara kayu-kayu yang berbenturan satu sama lainnya sehingga menimbulkan suara tek…tek…tek sehingga dikenal dengan nama Mekotek.

Sejarah awal tradisi Mekotek ini digelar, dilakukan oleh warga untuk menyambut kedatangan para prajurit dari pasukan kerajaan Mengwi yang sekarang memiliki peninggalan pura kerajaan dinamakan pura Taman Ayun yang juga sebagai salah satu tempat wisata di Bali.

Sambutan warga yang dilakukan pada waktu itu karena kemenangan pasukan kerajaan Mengwi atas peperangan melawan kerajaan Blambangan di pulau Jawa. Dan pada akhirnya tradisi unik Mekotek ini digelar sampai sekarang, dan bisa anda setiap Hari Raya Kuningan.

Tradisi Mekotek di desa Munggu Badung ini memang memiliki nilai yang sangat sakral, walaupun sejarah awalnya hanya berupa  sambutan kegembiraan menyambut kemenangan pasukan kerajaan. Namun menjadi warisan budaya leluhur yang terus digelar.

Namun pada jaman kolonial Belanda, pada tahun 1915 pernah terjadi kekhawatiran penjajah akan adanya pemberontakan, karena tradisi yang dikenal dengan nama Gerebeg ini memungkinkan memunculkan semangat perjuangan rakyat.

Pihak kolonial Belanda pada waktu itu merasa khawatir dan kemudian tradisi tersebut dihentikan. Setelah prosesi tersebut tidak digelar lagi, maka terjadilah wabah penyakit, akhirnya tradisi Gerebek ini kembali digelar.

Perayaan Mekotek di desa Munggu Badung, pada awalnya menggunakan tongkat besi, untuk menghindari agar tidak ada yang terluka, maka pada tahun 1948 digantilah menggunakan tongkat dari kayu Pulet, yang kulitnya telah dikupas dan menjadi halus dengan panjang 2 – 3.5 meter.


Sedangkan tombak aslinya disimpan di pura Desa setempat. Sebelum prosesi tersebut digelar maka peserta wajib memakai pakaian adat madya dan berkumpul di Pura Dalem Munggu.

Prosesi ini dimulai dengan melakukan persembahyangan di Pura Dalem setempat, kemudian mereka melakukan pawai dengan diiringi gamelan Beleganjur menuju sumber mata air di desa Munggu – Badung.

Prosesi ini diikuti hampir seluruh warga desa Munggu terutama kaum pria dengan usia diantara 12 – 60 tahun. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompoknya terdiri sekitar 50 orang, tongkat kayu yang mereka bawa diadu membentuk seperti sebuah piramid.

 

TRADISI ADAT PEMAKAMAN DESA TRUNYAN

 TRADISI ADAT PEMAKAMAN DESA TRUNYAN


Daya tarik pulau Bali bukan hanya karena keberadaan tempat rekreasi alam saja, seperti pantai Kuta, atau keindahan alam pegunungan di Kintamani dan danaunya seperti di danau Beratan Bedugul, tetapi juga karena berbagai tradisi dan budaya uniknya, sanggup membuat wisatawan ingin mengenal lebih dekat tentang budaya dan tradisi yang ada.
 

Desa tua Bali kuno yang dinamakan desa Trunyan, memiliki tradisi unik dengan tata cara pemakaman orang meninggal. Desa adat Bali Kuno ini dikenal sebagai desa Bali Aga yang merupakan penduduk asli pulau Bali.

Dengan tradisi unik yang dimiliki oleh desa Bali Aga Trunyan ini, menjadikannya sebagai sebagai daya tarik wisata yang melengkapi aktivitas liburan dan tujuan tour di pulau Dewata Bali. Bagi wisatawan yang ingin mengenal sesuatu yang anti mainstream tentang budaya Bali, maka tempat ini bisa menjadi tujuan wisata anda selanjutnya.

Untuk menuju pemakaman desa adat Trunyan tersebut, maka anda harus sewa perahu dari penduduk setempat, dermaga penyeberangan tersebut ada di desa Kedisan dan Toya Bungkah, bahkan anda bisa sewa sekaligus dengan pemandu wisata, sehingga anda merasa nyaman dan puas selama perjalanan liburan dan wisata ke tempat ini.

Tradisi Unik Pemakaman Di Desa Adat Trunyan Bangli

Desa Trunyan menjadi bagian wilayah administratif kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli. Dikelilingi dan terletak di kaki bukit serta dibatasi oleh danau Batur, cara menuju desa tersebut adalah dengan sewa perahu bermotor, sekitar 20-30 menit dengan perahu menyeberangi danau Batur Kintamani dari dermaga desa Kedisan, maka anda tiba di tempat tujuan.

Seperti diketahui desa adat Trunyan di Bangli ini adalah salah satu desa Bali Aga, yang merupakan penduduk asli Bali tidak terpengaruh dari budaya luar saat kekuasaan Majapahit berkuasa di Bali, masih memegang teguh berbagai budaya warisan leluhurnya.

Untuk itulah Desa adat Trunyan memiliki sejumlah tradisi unik termasuk pemakaman atau penguburan mayat. Masyarakat Bali sendiri dalam kesehariannya beragama Hindu, setiap orang yang meninggal akan dilaksanakan upacara ngaben baik dengan cara menguburkan jasad ataupun dikremasi langsung.

Tapi di Desa Trunyan Bangli walaupun penduduk di sini beragama Hindu, hampir setiap jasad orang yang meninggal akan diletakkan di atas tanah dibawah pohon Menyan, dibuatkan lubang sekitar 10-20 cm, menghindari agar jasad tidak bergeser, karena kontur tanah yang tidak rata.

Jasad tersebut ditutupi dengan kain, dikelilingi anyaman bambu berbentuk prisma yang dinamakan ancak saji. Dan anehnya jasad tersebut tidak mengeluarkan bau busuk. Tata cara pemakaman seperti ini di desa adat Trunyan disebut dengan Mepasah.

Jenazah yang diletakkan di bawah pohon Taru Menyan dikarenakan, pohon tersebut bisa menetralisir bau yang timbul dari jenazah. Dan uniknya lagi pohon Taru Menyan tersebut hanya bisa tumbuh dengan baik di Desa adat Bali Aga Trunyan.


Berdasarkan kepercayaan warga, pada setiap satu pohon dibawahnya dimakamkan hanya terbatas sebelas jenazah saja, ada yang menduga kalau lebih dari 11 jenazah ada kemungkinan mengeluarkan bau.

Dan bila ada jasad baru, maka tulang belulang jasad lama dipindahkan ke tempat yang sudah disediakan, kemudian ditempati oleh jasad baru.

Pada sisi lain anda bisa menemukan tumpukan tulang belulang yang sudah disusun rapih, seperti tumpukan tulang tengkorak manusia. Untuk pengalaman unik tersebut, anda bisa foto selfie dengan memegang tengkorak manusia tersebut, tetapi terlebih dahulu minta ijin dan petunjuk dari pemandu wisata.

Barang-barang bekal orang meninggal seperti pakaian mereka, sandal atau barang kesukaan sewaktu mereka hidup terlihat berserakan, memang sengaja dibiarkan karena tidak diperbolehkan membawa ke luar areal pemakaman.

Walaupun nuansa alam di pemakaman ini terkesan mistis dan angker, namun pemandangan alam di sini cukup indah sehingga menjadi tempat rekreasi alam yang menyenangkan.

Tata Cara Pemakaman Di Desa Trunyan Bangli

Perlu diketahui terdapat tiga tata cara pemakaman di desa adat Trunyan, tidak semua orang meninggal di desa Trunyan dimakamkan dengan cara Mepasah (jasadnya diletakkan di Sema Wayah) karena tempat tersebut hanya diperuntukkan untuk orang meninggal dengan kondisi tertentu.

Adapun pemakaman Mepasah ini untuk orang meninggal dalam keadaan wajar, sudah berumah tangga, bujangan dan anak kecil yang sudah tanggal gigi susunya. Dan orang meninggal tersebut tidak terdapat luka yang belum sembuh dan semua anggota tubuhnya lengkap.

Area pemakaman dinamakan Sema Wayah dan dianggap tempat pemakaman paling suci, sehingga dikenal sebagai Kuburan Suci.

Jika tidak memenuhi kriteria tersebut, maka jasad tersebut akan dikubur. Ada dua tata cara penguburan tersebut, anak-anak yang belum tanggal gigi susunya, akan dikubur di area pemakaman Sema Muda.

Sedangkan tempat pemakaman berikutnya adalah Sema Bantas, area pemakaman di Desa adat Trunyan ini untuk mengubur jasad yang meninggalnya karena hal yang tidak wajar seperti karena bunuh diri, kecelakaan, dibunuh orang lain, saat meninggal masih ada luka dibagian tubuhnya dan ada bagian tubuh yang tidak lengkap.

Ada juga mitos yang berkembang di masyarakat desa Penelokan, saat pemakaman di area Sema Wayah dengan cara Mepasah. Jasad orang yang selalu berbuat baik maka jasadnya lebih cepat membusuk dibandingkan dengan jasad orang yang sering berbuat dosa.

Perlu juga diketahui bagi para pengunjung, dilarang dan pantang bagi pengunjung mengambil sesuatu di pemakaman desa adat Trunyan ini, apapun bentuknya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi untuk memegang ataupun foto selfie dengan tengkorak di sini tidak dilarang, ada perlunya minta ijin terlebih dahulu dengan bilang permisi.


 

KAIN TENUN IKAT WARISAN BUDAYA INDONESIA

 KAIN TENUN IKAT WARISAN BUDAYA INDONESIA


Kain tenun ikat adalah warisan budaya khas Sumba Timur. Disebut warisan karena teknik-teknik pembuatan tennun ikat di Sumba Timur telah ada sejak zaman ribuan tahun lalu. Kain tenun ikat memiliki nilai yang sangat tinggi. Hal itu karena kain tenun ikat sangat berbeda dengan kain biasa. Proses pembuatannya membutuhkan banyak langkah-langkah, dikerjakan lebih dari sepuluh orang hanya untuk selembar kain saja dan waktu yang diperlukan sangat lama karena langkah yang banyak dan rumit tadi.

Oleh karenanya, kain tenun ikat ini tidak dipakai sebagai busana sehari-hari namun hanya dipakai pada acara-acara resmi ataupun acara adat yang sangat istimewa. Biasanya kain tenun ikat ini diaplikasikan sebagai selendang, jarik, ataupun ikat kepala. Setiap acara dimana peserta atau pemilik aacaranya menggunakan kain tenun ikat dalam aksesoris pakaian mereka itu berarti acara tersebut sangat istimewa dan spesial. Misal acara pernikahan adat, acara resmi pertemuan antar kepala suku atau upacara-upacara penyambutan tamu dari luar daerah yang dihormati.

Kain tenun ikat sudah ada sejak ribuan tahun lalu bahkan sudah diwariskan sejak Indonesia masih dalam masa penjajahan Belanda, atau mungkin juga sebelum itu sebenarnya warga di Sumba Timur sudah memiliki keahlian membuat Tenun Ikat ini. Teknik-teknik yang digunakan sangat sulit, dan semuanya dikerjakan secara manual, tanpa mesin pabrik sama sekali.

Bahkan untuk warna-warna kain tenun juga tidak banyak variannya karena warga Sumba hanya menggunakan pewarna alami yang diambil dan diolah langsung dari alam. Warna yang dibuat vaariasi ada merah, biru, kuning dan hijau saja. Warna-warna itu diolah dari akar mengkudu, kulit batang, daun dan kerang. Pohon dan daun nila menjadi sumber pewarnaan biru alami yaang sangat pekat.

Tahukah Anda bahwa ada lebih dari empat puluh langkah dalam membuat selembar kain tenun ikat? Dimana setiap langkahnya tidak bisa dikerjakan oleh seorang saja dan setiap langkahnya dilakukan berbeda orang. Itu karena setiap langkah pembuatan memerlukan keahlian khusus yang tidak semua orang mampu melakukannya, terutama pada langkah penenunan yang benar-benar menjadi proses paling sulit dan rumit.
 

Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat

Memintal Benang 

 

Proses pembuatan kain batik tenun ikatan

 

Benang dipintal langsung dari kapas asli daerah yang dipanen sendiri. Setelah kapas dipetik dari pohonnya, langkah pertama adalah memisahkan biji kapas dari bunga kapas. Proses ini sendiri dilakukan lebih dari satu orang dan bisa lebih dari satu hari. Setelah bunga kapas bersih, kemudian dipintal secara manual. Hingga terbentuknya pintalan benang yang panjang dan digulung rapi sehingga siap pakai. 

 

Menggambar Motif Kain Sebelum Ditenun 

 

Sebelum proses menenun, motif digambar lebih dahulu di selembar kain menggunakan pensil warna yang sekaligus mewakili warna yang akan diberikan saat penenunan. Menggambar motif ini juga tak bisa dilakukan sembarangan, karena ada pola-pola khas tertentu yang menjadi ciri khas daerah dan juga dalam menggambar motifnya sudah menggunakan skala dan garis bantu yang nanti bisa memudahkan penenunan. Gambar harus presisi dan tidak boleh miring. 

 

Proses pembuatan kain batik tenun ikatan

 

Membuat Ikatan Kain yang akan Ditenun 

 

Proses membuat ikatan kain ini dilakukan lebih dari satu orang karena rumit dan banyak yang harus diikat. Biasanya warga membuat ikatan kain ini di selasar rumah, teras ataupun halaman yang penting memiliki luas yang cukup untuk kain yang panjang dan lebar. Proses membuat ikatan ini juga memakan waktu berhari-hari meski sudah dikerjakan oleh beberapa orang. 

 

Membuat Pewarna Alami

 

Inilah yang terbilang paling unik dan sangat khas, yang jarang ditemukan di daerah lain dan di masa kini, yaitu proses membuat pewarna untuk benang. Seluruh pewarnanya diambil dari alam, dari sari-sari tumbuhan yang dilembutkan dilarutkan dalam air lalu dimanfaatkan endapannya menjadi pewarna. Warna-warna yang dihasilkan adalah kuning, hijau, merah dan biru dongker. 

 

Berbagai macam pewarna untuk mewarnai kain batik tenun

 

Pembuatan selembar kain tenun ikat ini bisa memakan waktu berbulan-bulan salah satunya karena proses pewarnaan yang menunggu bahan-bahan alaminya tersedia di alam. Ada kalanya bahan-bahan tersebut tumbuh hanya di musim-musim tertentu saja, ada yang hanya ada di musim kemarau atau penghujan saja. Maka pembuatan pewarna menunggu musimnya. 

 

Setelah pewarnanya siap, maka benang dan kain yang sudah diikat tadi dicelupkan dalam larutan pewarna yang mendidih dan direndam sehari semalam lamanya. Lalu dikeringkan dengan cara dijemur di tempat yang teduh atau di dalam ruangan khusus. 

 

Proses Penenunan 

 

Proses penunan

 

Setelah kain dan benang sudah diwarna maka proses puncaknya bisa dimulai. Proses penenunan adalah langkah yang paling penting dan hanya orang-orang yang memiliki kemampuan menenun yang bisa melakukan ini. Karena dalam menenun benang-benang itu harus ditenun mengikuti gambar motif yang sudah dibuat.


 

RUMAH ADAT TRADISIONAL SUKU SASAK DI DESA SADE

 RUMAH ADAT TRADISIONAL SUKU SASAK DI DESA SADE


Desa wisata tradisional ini terletak di desa Sade Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB. Desa ini berkembang menjadi kawasan pariwisata di pulau Lombok, karena memang masyarakatnya yang mampu dan masih mempertahankan adat dan tradisi warisan leluhurnya sampai sekarang.

Di desa Sade ini anda akan menemukan, hal-hal baru yang jarang bisa anda temukan pada jaman modern seperti sekarang ini, yang terlihat mencolok tentu bentuk bangunan rumah yang ada di desa wisata ini, terlihat masih tradisional, bahan-bahan berasal dari alam dan sangat mempertahankan kearifan lokal.

Seperti atap rumah termasuk juga bubungan menggunakan bahan alang-alang dan jerami, lantai rumah dari papan dan sejumlah tiang kayu sebagai penyangga, pondasi rumah sendiri dari batu dan tanah, sedangkan dinding rumah terbuat dari anyaman bambu, semua diambil dari lingkungan alam sekitar.

Yang cukup menarik dan unik dari rumah tradisional suku Sasak di desa Sade Lombok ini, yakni lantai yang berbahan dasar campuran tanah, abu, getah pohon kemudian diolesi dengan kotoran kerbau, bahkan ketika membersihkan lantai rumah menggunakan kotoran kerbau, yang efektif untuk menjaga kelembaban tanah dan bisa untuk mengusir nyamuk.

Desa tradisional yang dihuni oleh suku Sasak yang merupakan suku asli masyarakat Lombok ini, memang memiliki kepercayaan berbeda dengan masyarakat luas pada umumnya, mereka dalam membangun rumah sangat mempertimbangkan adanya waktu yang tepat untuk memulai pembangunan rumah, termasuk juga mempertimbangkan lokasi dan estetika.

Waktu pembangunan, warga berpedoman pada papan warige dari Primbon Tapel Adam dan Tajul Muluk, melalui arahan pimpinan adat. Warga Suku Sasak yang merupakan suku asli di Lombok ini sangat menjaga keaslian budaya mereka, bahkan sejak jaman pemerintahan kerajaan Pejanggik (1458-1692 M).

Aturan-aturan dalam membangun rumah adat tradisional di desa Sade ini, tentu juga ada pantangan-pantangan yang patut dipatuhi oleh masyarakat setempat, seperti; pantang melakukan pembangunan pada bulan Ramadhan dan Muharram, jika itu dilanggar akan berakibat tidak baik, bisa menyebabkan nasib buruk atau malapetaka.

Rumah adat tradisional suku Sasak di desa Sade Lombok ini, terdapat dua jenis berbeda, yakni Bale Tani dan Bale Lumbung. Peruntukan bangunan Bale tersebut juga berbeda, Bale Tani diperuntukkan sebagai tempat tinggal warga, sedangkan Bale Lumbung sebagai tempat menyimpan hasil panen seperti padi dan menyimpan segala kebutuhan lainnya.


Keberadaan Bali Tani dan Bale Lumbung ini menandakan, kebanyakan dari warga suku Sasak di desa Sade ini bermata pencaharian sebagai petani ataupun peternak. Sebuah desa Tradisional yang jarang bisa anda temukan saat ini, dan akan menjadi pemandangan menarik dan pengalaman baru ketika berkunjung ke sini.

Desa Sade sebagai desa wisata tradisional yang selalu konsisten menjaga kelestarian budayanya. Warisan budaya leluhur yang anda temukan di desa Sade ini, tentu akan berbeda dengan budaya dan adat lainnya di bumi Nusantara, bisa menjadi tujuan wisata edukasi bagi anak-anak, sehingga ideal untuk mengisi aktivitas liburan keluarga anda.

Daya Tarik Keunikan Desa Sade Lombok
Liburan di Lombok dan mengagendakan tour ke Desa Sade, maka berbagai hal menarik yang bisa anda nikmati di sini, selain rumah adat, suku sasak ini memiliki baju adat, tradisi dan berbagai hal unik dan menarik lainnya yang masih terlihat seperti suasana jaman Lombok Kuno.

Kaum perempuan warga suku Sasak di desa Sade ini, kebanyakan sebagai penenun, sehingga tidak mengherankan jika anda berkunjung ke sini, berbagai hasil kerajinan tenun tradisional,bisa anda temukan dengan mudah, termasuk juga aksesoris buatan tangan bisa dijadikan oleh-oleh khas ketika berkunjung liburan ke desa ini.


Desa Sade memang populer sebagai desa Tenun yang masih menggunakan alat-alat tradisional, semua menggunakan tangan, dengan kualitas benang terbaik, menghasilkan kerajinan yang indah dengan motif-motif tenun menarik.

Anak-anak perempuan diajarkan untuk menenun semenjak berusia 8 tahun, bahkan kaum perempuan pantang untuk menikah sebelum bisa menenun. Sehingga Sade menjadi daya tarik sendiri melengkapi kegiatan pariwisata di pulau Lombok. Sehingga tidak mengherankan, kain tenun tradisional ini menjadi mata pencaharian utama kaun perempuan di desa Sade.

Yang unik lainnya di desa Sade, yakni tradisi menculik anak perempuan, yang mana ketika mempersunting dengan cara menculik adalah kebanggaan sendiri, dan menjadi cara terbaik untuk saling menghargai antar sesama, karena mereka menganggap jika tidak menculik, malah ada kesan mempelai pria mempermainkan mempelai perempuan.

KERIS WARISAN BUDAYA INDONESIA

 KERIS WARISAN BUDAYA INDONESIA


 Keris terdaftar sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia oleh Unesco pada tahun 2008. Keris yaitu sebuah belati asimetris berasal dari negara Indonesia. Baik senjata ataupun benda spiritual, keris dianggap memiliki kekuatan magis. Keris yang paling pertama diketahui berasal dari abad kesepuluh dan kemungkinan besar telah menyeluruh dari pulau Jawa dan beredar di wilayah Asia Tenggara. Bilah keris biasanya sempit dengan alas yang lebar dan asimetris. Sarungnya biasa dibuat dari kayu, walaupun contoh dari gading, bahkan emas, berlimpah. Nilai estetika keris terdiri dhapur (bentuk dan desain bilahnya, dengan 40 varian), pamor (pola hiasan paduan logam pada bilahnya, dengan kurang lebih 120 varian), dan tangguh yang mengacu pada usia dan asal.



Dari sebuah keris seorang pandai besi, atau empu dapat membentuk bilahnya beberapa  bijih besi dan nikel meteorit yang berbeda. Pada bilah keris berkualitas tinggi, logam dilipat puluhan atau ratusan kali dan ditangani dengan sangat teliti. Empu adalah pengrajin yang sangat dihormati dengan kekayaan pengetahuan pada bidang sastra, sejarah dan okultisme. Keris dikenakan setiap hari dalam upacara khusus, dan bilah pusaka telah diwariskan dari generasi ke generasi. Baik pria maupun wanita memakai keris. Kekayaan spiritualitas dan mitologi telah berkembang di sekitar belati ini.

Keris dapat dipakai untuk hiasan, sebagai jimat dengan kekuatan magisnya, senjata, pusaka murni, perlengkapan pembantu prajurit istana, aksesoris pakaian upacara, indikator status sosial, simbol kepahlawanan, dll. Dalam tiga puluh tahun terakhir keris telah menghilang. Keris memiliki makna sosial dan spiritual yang menonjol pada  masyarakat. Meskipun empu aktif dan terhormat yang memproduksi keris berkualitas tinggi dengan cara tradisional masih dapat ditemukan di banyak pulau, jumlahnya menurun drastis, dan lebih sulit bagi mereka untuk menemukan orang yang dapat mereka transmisikan keahliannya. 



ALAT MUSIK GAMELAN

 ALAT MUSIK INDONESIA GAMELAN


Membahas budaya Jawa tidak lengkap rasanya jika tidak membicarakan alat musik gamelan. Alat musik tradisional Indonesia ini masih terus dilestarikan hingga sekarang bahkan sudah dikenal sampai mancanegara. Gamelan terdiri dari beberapa alat musik tradisional seperti gong, saron, bonang, pelog, dan alat musik lainnya yang digunakan dalam seni karawitan.

Perlu Grameds ketahui bahwa gamelan adalah salah satu musik ansambel tradisional asli milik Indonesia yang sudah ada sejak dahulu. Jadi mengenal alat musik gamelan bisa menjadi cara kita sebagai generasi muda untuk melestarikan budaya Indonesia. Berikut ini penjelasan tentang gamelan, mulai dari pengertian, sejarah, jenis, sampai macam-macam alat music yang ada di dalamnya.

PENGERTIAN ALAT MUSIK GAMELAN

Gamelan adalah bentuk ansambel musik yang merujuk pada kesatuan intrumen alat musik yang dibunyikan secara bersama-sama. Kata gamelan berasal dari bahasa jawa gamel yang berarti menabuh atau memukul yang kemudian diikuti akhiran an sehingga bermakna kata benda. Pertunjukan gamelan banyak dijumpai pada tradisi di pulau Jawa, Bali, Madura, Lombok dengan berbagai jenis dan ukuran ensemble gamelannya.

Menurut kepercayaan orang Jawa, gamelan diciptakan pertama kali oleh dewa Sang Hyang Era Saka, Sang Penguasa tanah Jawa. Pertama kali alat musik gamelan diciptakan adalah gong yang digunakan untuk memanggil para dewa pada saat itu. Akhirnya terciptalah alat musik-alat musik lain dengan lengkap seperti gamelan yang kita kenal sampai saat ini.

Saking populernya gamelan saat itu, alat musik ini berkembang pesat di zaman Majapahit bahkan sampai menyebar di luar Jawa seperti Bali dan Sunda. Alat musik gamelan setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas yang berbeda satu sama lain, misalnya dari warna suara yang diciptakan karena juga menggunakan tambahan alat musik yang berbeda. Misalnya gamelan sunda yang lebih mendayu karena dikombinasikan dengan alat musik tradisional sunda yakni seruling.

Fungsi gamelan biasa digunakan untuk mengiringi kesenian wayang kulit dan pertunjukan tari dalam sebuah acara tertentu. Perkembangan gamelan hingga saat ini sudah bisa menjadi pertunjukan alat musik tersendiri yang diminati banyak orang. Biasanya pertunjukan gamelan juga dilengkapi dengan sinden sebagai penyanyi. Grameds mungkin sudah tidak asing dengan pertunjukan gamelan di keraton-keraton atau acara pewayangan. 

SEJARAH & ASAL ALAT MUSIK GAMELAN

Gamelan memiliki sejarah yang panjang dalam peradaban masyarakat Indonesia sejak masa kerajaan pada abad ke-8 sampai abad ke -11. Kemunculan gamelan berkembang dari kerajaan Hindu Budha di wilayah Sumatera, Bali, dan Jawa. Hal tersebut tampak pada monument candi Borobudur yang terdapat gambar relief ansambel gamelan di zaman kerajaan Sriwijaya pada abad ke-6 sampai 13 masehi.

Keluarga kerajaan dan bangsawan pada saat itu diharapkan mempelajari dan menguasai instrumen ini. Bahkan zaman dulu, seseorang yang bisa bermain gamelan dianggap memiliki sifat berani dan bijaksana.  Gamelan pada era kerajaan Majapahit sangat berkembang pesat sampai ada jadwal pertunjukan gamelan di pengadilan.

Perkembangan gamelan kemudian berlanjut setelah masuknya islam ke nusantara yang menggunakan cara kesenian dalam menyebarkan agamanya. Sunan bonang adalah salah satu walisongo dan menjadi tokoh penyebar agama islam yang paling terkenal pada saat itu. Dalam menyebarkan agama islam, Sunan Bonang kemudian mengkombinasikan gamelan yang kental dengan budaya Hindu Budha sebagai media menyampaikan dakwah ajaran islam. Cara tersebut menjadi ciri khas Sunan Bonang dan memang bertujuan untuk menyesuaikan dengan kebudayaan masyarakat Jawa saat itu agar bisa lebih berterima dakwah-dakwahnya.  

CONTOH ALAT MUSIK GAMELAN & CARA MEMAINKAN ALAT MUSIK GAMELAN

1. Kendhang

kendhangKendhang atau gendang adalah salah satu instrumen gamelan Jawa yang dapat mengatur irama musik gamelan tersebut. Cara memainkan alat musik gendang adalah memukul dengan telapak tangan bagian pinggir kendhang yang terbuat dari kulit hewan. Kendhang memiliki berbagai macam jenis dan ukuran, yakni ketipung gamelan berukuran kecil dan kendang ciblon atau kebar gamelan yang berukuran sedang. Kendang Ketipung biasanya memiliki kendang pasangan, yakni kendang gedhe atau kendhang kalih. 

2. Saron

saronSaron atau biasa dikenal juga dengan ricik adalah salah satu instrumen gamelan yang masuk dalam golongan balungan atau alat musik jenis bilahan (wilahan) dari logam. Saron memiliki 6 atau 7 (1 oktaf) bilahan logam yang ditumpangkan di atas bingkai kayu yang berfungsi sebagai resonator. Biasanya ada 4 saron dalam gamelan dengan jenis laras pelog dan slendro. 

 Cara memainkan alat musik saron adalah memukul bilahan logam menggunakan tabuhan tangan kanan dan menahan bilahan yang dipukul sebelumnya menggunakan tangan kiri agar menghilangkan suara dengungan yang tersisa. Cara ini biasa disebut dengan teknik memahat atau memencet.  

3. Demung

demung

Sama halnya dengan saron, demung juga masuk dalam golongan balungan dalam instrumen gamelan. Biasanya ada dua demung jenis pelog dan slendro dalam gamelan. Alat musik ini menghasilkan nada oktaf paling rendah dari golongan alat musik balungan lainnya meskipun ukuran fisiknya yang paling besar. Cara bermain demung serupa dengan saron hanya saja tabuh demung memiliki ukuran yang lebih besar dan berat daripada tabuh saron.

4. Bonang

bonang

Bonang adalah instrumen gamelan berbentuk ceret atau pot yang diletakan di atas string (tali) dalam bingkai kayu (rancak). Masing-masing pot kemudian memiliki poros cembung (pencon) di bagian atas sebagai pusat untuk dipukul. Bonang termasuk dalam keluar pencon yang merupakan alat musik dari logam dan berbentuk cekungan di bawahnya dengan poros cembung untuk dipukul. 

Bonang dalam set gamelan memiliki beberapa jenis, yaknii bonang penerus, barung, dan panembung. Cara bermain boning adalah memukul bagian cekungan atau penutupnya dengan tongkat pemukul khusus. 

5. Kenong

kenong

Kenong juga masuk dalam keluarga pencon seperti boning dalam instrumen gamelan. Perbedaan Nya, kenong memiliki bentuk fisik lebih gemuk dari alat musik pencon lainnya. Kenong kemudian diletakan pada pangkon dari kayu yang beralas tali agar tidak menghambat getaran kenong saat ditabuh. Alat musik ini menghasilkan suara yang rendah namun tetap nyaring dengan timbre yang khas. Cara memainkan kenong serupa dengan memainkan bonang dengan memukul menggunakan tongkat khusus di bagian cekungan atau benjolan kenong.  

6. Gong

gong

Hampir serupa dengan bonang dan kenong, gong juga memiliki bentuk cembung di bagian atas dengan ukuran yang lebih besar dan posisinya digantung, tidak diletakan pada lapisan tertentu. Menyerupai bentuk piringan besar, gong terbuat dari leburan logam seperti perunggu dan tembaga untuk menghasilkan suara yang khas. Cara memainkan alat musik ini dipukul bagian kecembungannya menggunakan tongkat khusus.  

7. Kempul

kempul

Kempul adalah instrumen gamelan yang ditabuh yang hampir serupa dengan gong tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Cara bermainnya pun sama dengan gong yakni dipukul dengan tongkat khusu. Meskipun kempul masuk dalam keluarga alat musik  pencon, namun kempul bisa dimainkan dengan nada seperti musik balungan dan bisa juga mendahului nada balungan. 

8. Gambang

gambang

Sekilas gambang mirip dengan saron dan demung, namun bilahan alat musik ini terbuat dari kayu atau bambu untuk menghasilkan suara yang khas dan unik. Ada 18 bilah nada pada gambang yang terletak di atas sebuah rak konektor berbentuk perahu. Bilah-bilah tersebut tersusun berurutan dari bentuk bilah terkecil sampai yang paling panjang. Cara memainkan alat musik gambang adalah memukul tiap bilangnya menggunakan pemukul khusus yang disebut tabuh. Hampir serupa dengan saron dan demung, Grameds juga perlu memegang bilang setelah dipukul agar tidak meninggalkan suara. 


9. Slenthem

slenthem

Alat musik slenthem adalah salah satu intrumen gamelan yang masuk dalam keluarga balungan seperti saron dan demung. Alat musik ini menghasilkan dengungan nada yang rendah atau menggema mengikuti nada instrumen alat musik balungan yang lain. Dalam satu set gamelan biasanya ada slenthem versi slendro dengan rentang nada C, D, E, G, A, C, dan pelog dengan rentan nada C hingga B. 

10. Gender

gender

Gender adalah intrumen gamelan Jawa dan Bali dari bahan logam yang dipukul setiap bilahnya. Ada 10 sampai 14 bilah pada alat musik gender yang terbuat dari kuningan yang kemudian digantung pada berkas diatas resonator bamboo atau seng. Cara memainkan alat musik ini adalah memukul tiap bilahnya dengan alat pemukul khus yakni tabuh kayu (Bali) atau berlapis kain (Jawa). Dalam satu set gamelan lengkap, ada tiga jenis gender yang digunakan, yakni  slendro, pelog pathet nem lan lima, dan pelog pathet barang. 


11. Siter

siter

Siter adalah salah satu instrumen gamelan yang memainkannya dengan cara dipetik seperti alat musik guzheng asal cina atau sitar asal India. Alat musik ini sudah jarang ditemukan atau digunakan dalam set-set gamelan saat ini. Alat musik ini biasa juga disebut gitar Jawa yang memiliki suara yang khas. Memiliki ukuran 20 x 50 cm, siter terbuat dari kayu jati dengan 13 sampai 14 senar.

Alat musik siter memiliki dua sisi dengan nada yang berbeda, yakni sisi pelog dan slendro. Siter dianggap sebagai alat musik yang mengadopsi alat musik India karena hampir sama dengan Sitar yang merupakan alat musik tradisional india. 

12. Rebab

rebab

Rebab adalah instrumen gamelan yang penting untuk mengelaborasi dan menghiasi melodi dasar. Cara memainkannya tidak harus sesuai dengan skala instrumen alat musik lain, alias bisa dikreasikan secara bebas. ALat musik ini juga merupakan bagian dari ansambel yang dimainkan secara terbuka. 

13. Suling

suling

Suling adalah salah satu instrumen gamelan yang cara mainnya dengan ditiup dan terbuat dari bamboo. Suara yang lembut memberikan ciri khas pada pada kepaduan musik gamelan. Alat musik ini dianggap bersala dari Jawa barat atau Sunda. 

14. Kemanak

kemanakKemanak memiliki bentuk yang hampir sama seperti pisang atau sendok yang memiliki tangkai di bagian ujungnya. Badan alat musik kemanak berlubang memanjang yang biasanya terbuat dari logam besi atau perunggu. Kemanak menghasilkan suara yang pelan untuk dipadukan dengan lagu bertempo lambat. 

Cara memainkan alat musik ini adalah dipukul dan dipadukan sesuai instrumen alat musik tradisional lainnya. Pemain kemanak akan memukul bagian samping  dan sedikit menggeseknya agar mengeluarkan suara. Jika bagian lubang badanya ditutup, maka kemanakah akan menghasilkan nada yang khas. 

15. Gendrum

Gendrum adalah instrumen gamelan yang masuk dalam alat musik hibrida seperti kendang dan drum yang merupakan rancangan siswo harsono tahun 1992. Alat musik ini biasanya ada di kesenian Gambang Semarang, Jaipongan, Campursari, atau dangdutan. Gendrum terdiri dari kendang jaipong, kendang batangan, ketipung atau panepak, ketipung besar, bongo, cowbells, drum bass, dan simbal seperti ride, cerash, splash, dan china. 

Cara memainkan alat musik ini adalah memukulnya dengan telapak tangan yang dimainkan oleh seorang gendrum, bukan pemain perkusi. ALat musik ini bisa menghasilkan harmoni pada alat musik tradisional yang lain. 

JENIS-JENIS GAMELAN

Setelah mengetahui macam-macam alat musik yang dimainkan dalam pertunjukan gamelan, sebenarnya jenis gamelan itu sendiri memiliki beberapa perbedaan. Hal yang membedakan biasanya adalah komposisi alat musik tradisional yang digunakan dan keperluannya. Berikut ini jenis-jenis gamelan yang perlu Grameds ketahui:

1. Gamelan Gedhe

Jenis gamelan gedhe adalah terdiri dari ricikan yang lengkap, mulai dari laras slendro hingga laras pelognya. Jenis gamelan ini biasanya digunakan dalam konser atau pertunjukan-pertunjukan karawitan atau uyon-uyon.

2. Gamelan Wayangan

Dari namanya, jenis gamelan ini digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang. Selain laras slendro, gamelan laras pelog juga digunakan untuk gamelan yang mengiri pertunjukan wayang madya dan wayang gedog.

3. Gamelan Pakurmatan

Gamean pakurmatan dibag menjadi tiga, yakni monggang, caribbean, dan kodhok ngorek. Gamelan ini berfungsi sebagai pengiring acara-acara penghormatan dalam kebudayaan Jawa, seperti Grebeg Mulud, menyambut tamu, dan acara khitanan atau perkawinana keluarga keratin.

4. Gamelan Sekaten

Di keraton Yogyakarta dan Surakarta, gamelan jenis sekaten akan digunakan dalam setahun sekali. Yakni untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW pada tanggal 6- 12 Mulud (penanggalan Jawa) dan gamelan sekaten dimainkan di halaman Masjid Agung.

5. Gamelan Gadhon

Gamelan Gadohon terdiri dari komposisi  kendang, siter, gender, slentem, gambang serta gong saja. Gamelan jenis ini digunakan untuk keperluan orang yang memiliki hajat climen (sederhana), yakni khitanan, 5 setelah hari kelahiran anak, pindah rumah, ulang tahun dan sebagainya.

6. Gamelan Cokekan

Gamelan cokekan adalah jenis gamelan yang digunakan untuk mengamen. Instrumen alat musik yang ada di gamelan ini hanya terdiri dari siter, kendang, dan gong bumbung atau gong yang terbuat dari kayu.

7. Gamelan Senggani (Sengganen)

Gamelan senggani terbuat dari besi dan kuningan berbentuk bilah dengan ukuran yang lebih kecil dan lebih praktis. Gamelan ini terdiri dari bonang barung, bonang penerus, demung, sarin, slenthem, kendang, kempul, dan kenong. Jenis gamelan ini biasanay diguanakan untuk latihan karawitan di desa-desa untuk mengiringi tari tayub.