TRADISI MEKOTEK DI MUNGGU BADUNG
Tradisi Mekotek menjadi salah satu warisan budaya yang terjaga dengan baik sampai saat ini, dan menjadi hal menarik untuk dinikmati oleh para turis yang sedang liburan di pulau Dewata Bali.
Tradisi warisan Bali kuno ini dikenal juga dengan Gerebeg Mekotek, digelar setiap 6 bulan sekali dalam kalender Hindu atau setiap 210 hari sekali, tepatnya saat perayaan hari raya Kuningan atau 10 hari setelah Hari Raya Galungan.
Tradisi Mekotek ini hanya digelar di desa Munggu saja, tidak bisa anda temukan pada daerah lainnya. Lokasi desa Munggu Badung ini berdekatan dan mudah dijangkau dari pusat-pusat pariwisata Bali Selatan, seperti Canggu, Kuta, Nusa Dua, Jimbaran, bandara Ngurah Rai dan dekat juga dengan kota Denpasar.
Tradisi Mekotek Di Munggu Prosesi Tolak Bala
Tradisi Mekotek di desa Munggu – Badung ini digelar dengan tujuan atau sebagai prosesi tolak Bala, melindungi dari serangan penyakit dan memohon keselamatan. Warisan turun temurun dari leluhur warga desa Munggu khususnya umat Hindu.
Prosesi atau tradisi Mekotek ini selalu rutin dilakukan secara turun-temurun oleh generasi penerusnya atau warga setiap 210 hari sekali. Tradisi kuno dari jaman Bali tempo dulu ini cukup menarik bisa mendongkrak pariwisata Bali, sebagai atraksi wisata dengan budaya lokal yang unik dan menarik.
Memang banyak tradisi-tradisi unik di pulau Bali bertujuan untuk tolak bala, uniknya lagi tradisi Mekotek ini memakai sarana tongkat yang dipadukan menjadi satu dengan ujung yang mengkerucut menjadi formasi sebuah piramid, suara kayu-kayu yang berbenturan satu sama lainnya sehingga menimbulkan suara tek…tek…tek sehingga dikenal dengan nama Mekotek.
Sejarah awal tradisi Mekotek ini digelar, dilakukan oleh warga untuk menyambut kedatangan para prajurit dari pasukan kerajaan Mengwi yang sekarang memiliki peninggalan pura kerajaan dinamakan pura Taman Ayun yang juga sebagai salah satu tempat wisata di Bali.
Sambutan warga yang dilakukan pada waktu itu karena kemenangan pasukan kerajaan Mengwi atas peperangan melawan kerajaan Blambangan di pulau Jawa. Dan pada akhirnya tradisi unik Mekotek ini digelar sampai sekarang, dan bisa anda setiap Hari Raya Kuningan.
Tradisi Mekotek di desa Munggu Badung ini memang memiliki nilai yang sangat sakral, walaupun sejarah awalnya hanya berupa sambutan kegembiraan menyambut kemenangan pasukan kerajaan. Namun menjadi warisan budaya leluhur yang terus digelar.
Namun pada jaman kolonial Belanda, pada tahun 1915 pernah terjadi kekhawatiran penjajah akan adanya pemberontakan, karena tradisi yang dikenal dengan nama Gerebeg ini memungkinkan memunculkan semangat perjuangan rakyat.
Pihak kolonial Belanda pada waktu itu merasa khawatir dan kemudian tradisi tersebut dihentikan. Setelah prosesi tersebut tidak digelar lagi, maka terjadilah wabah penyakit, akhirnya tradisi Gerebek ini kembali digelar.
Perayaan Mekotek di desa Munggu Badung, pada awalnya menggunakan tongkat besi, untuk menghindari agar tidak ada yang terluka, maka pada tahun 1948 digantilah menggunakan tongkat dari kayu Pulet, yang kulitnya telah dikupas dan menjadi halus dengan panjang 2 – 3.5 meter.
Sedangkan tombak aslinya disimpan di pura Desa setempat. Sebelum prosesi tersebut digelar maka peserta wajib memakai pakaian adat madya dan berkumpul di Pura Dalem Munggu.
Prosesi ini dimulai dengan melakukan persembahyangan di Pura Dalem setempat, kemudian mereka melakukan pawai dengan diiringi gamelan Beleganjur menuju sumber mata air di desa Munggu – Badung.
Prosesi ini diikuti hampir seluruh warga desa Munggu terutama kaum pria dengan usia diantara 12 – 60 tahun. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompoknya terdiri sekitar 50 orang, tongkat kayu yang mereka bawa diadu membentuk seperti sebuah piramid.